Menurut Alwi, dkk. konflik batin adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih, atau keinginan yang saling bertentangan untuk mengusai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku. Pendapat lain mengenai konflik batin oleh Hardjana yang mengemukakan bahwa konflik terjadi manakala hubungan antara dua orang atau dua kelompok, perbuatan yang satu berlawanan dengan perbuatan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu. Konflik adalah percekcokan, perselisihan atau pertentangan. Ada beberapa bentuk konflik batin, antara lain
- Konflik mendekat-mendekat (approach-aproach conflict)
- Konflik mendekat-menjauh (approach -avoidance conflict)
Konflik
ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif yang berlawanan mengenai
satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negatif (merugikan,
tidak menyenangkan). Karena itu ada kebimbangan, apakah akan mendekati atau
menjauhi objek itu.
- Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict)
Konflik
ini terjadi apabila pada saat yang bersamaan, timbul dua motif yang negatif,
dan muncul kebimbangan karena menjauhi. motif yang satu berarti harus memenuhi
motif yang lain yang juga negatif. Umumnya, konflik dapat dikenali karena
beberapa ciri, yaitu 1) Terjadi pada setiap orang dengan reaksi berbeda untuk
rangsangan yang sama. Hal ini bergantung pada faktor-faktor yang sifatnya
pribadi. 2) Konflik terjadi bilamana motif-motif mempunyai nilai yang seimbang
atau kira-kira sama sehingga menimbulkan kebimbangan dan ketegangan. 3) Konflik
dapat berlangsung dalam waktu yang singkat, mungkin beberapa detik, tetapi bisa
juga berlangsung lama, berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
B. Faktor-Faktor Konflik Batin
Freud menyatakan bahwa faktor-faktor yang memegang
peranan penting dalam beberapa gangguan batin antara lain :
1)
Teori Agresi
Teori
agresi menunjukan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditujukan
kepada diri sendiri. Agresi yang diarahkan pada diri sendiri sebagai bagain
dari nafsu bawaan yang bersifat merusak. Untuk beberapa alasan tidak secara
langsung diarahkan pada objek yang nyata atau objek yang berhubungan dengan
perasaan berdosa atau bersalah. Prosesnya terjadi akibat kehilangan atau
perasaan terhadap objek yang sangat dicintai.
2) Teori Kehilangan
Teori
kehilangan merujuk pada perpisahan traumatik individu dengan benda atau
seseorang yang sebelumnya dapat memberikan rasa aman dan nyaman. Hal penting
dalam teori ini adalah kehilangan dan perpisahan sebagai faktor predisposisi
terjadinya depresi dalam kehidupan yang menjadi faktor pencetus terjadinya
stress.
3)
Teori Kepribadian
Teori
kepribadian merupakan konsep diri yang negatif dan harga diri rendah
mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor. Pandangan ini memfokuskan pada
varibel utama dari psikososial yaitu harga diri rendah.
4)
Teori Kognitif
Teori
kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi
oleh evaluasi negatif sesorang terhadap dirinya sendiri, dunia seseorang dan
masa depannya. Individu dapat berpikir tentang dirinya secara negatif dan tidak
mencoba memahami kemampuannya.
5)
Teori Ketidakberdayaan
Teori
ketidakberdayaan menunjukkan bahwa konflik batin dapat menyebabkan depresi dan
keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting
dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon yang adaptif.
6)
Teori Perilaku
Teori
perilaku menunjukkan bahwa penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan
positif dalam berinteraksi dengan lingkungan. Depresi berkaitan dengan
interaksi antara perilaku individu dengan lingkungan. Teori ini memandang bahwa
individu memiliki kemampuan untuk memeriksa dan mempertimbangkan perilakunya.
Mereka bukan hanya melakukan reaksi dari faktor internal. Individu tidak
dipandang sebagai objek yang tidak berdaya yang dikendalikan lingkungan, tetapi
tidak juga bebas dari pengaruh lingkungan dan melakukan apa saja yang mereka
pilih tetapi antar individu dengan lingkungan memiliki pengaruh yang bermakna
antar satu dengan yang lainnya.
C. Contoh Konflik Batin yang Pernah Saya Alami
Pada waktu saya masih SMP saya pernah berpikir untuk kabur dari rumah hanya karena sering dimarahi oleh orang tua saya, karena saya sering bermain. Karena kebiasaan itu saya sering dimarahi dan dipukuli oleh orang tua saya dan itu menyebabkan saya mulai berpikir negatif kepada orang tua saya. Setelah sering dimarahi dan dipukuli saya akhirnya dilarang untuk pergi keluar bermain lagi, itu menyebabkan saya berpikir untuk kabur dari rumah, tapi sebelum melakukan itu saya berpikir dua kali untuk kabur dari rumah, karena jika saya melakukan itu pasti akan menyebabkan kedua orang tua saya menjadi sangat sedih. Akhirnya saya mengurungkan niat saya untuk kabur dari rumah dan merenungkan semua hal dan kebiasaan yang sudah saya lakukan yang sampai membuat kedua orang tua saya menjadi sangat sedih dan khawatir. Akhirnya setelah merenungkan semua perbuat saya, saya tidak jadi untuk kabur dan meminta maaf kepada kedua orang tua saya. Saya mulai berpikir bahwa semua yang dilakukan oleh orang tua saya adalah bentuk rasa kasih sayang dan khawatir terhadap semua kebiasan buruk saya. Dan akhirnya setelah semua konflik batin yang pernah saya alami itu saya menjadi orang yang lebih baik lagi dan tidak pernah untuk membuat khawatir orang tua saya lagi.
D. Cara Menghilangkan Konflik Batin
Berikut
cara menghilangkan/ meredakan konflik batin yang terjadi didalam diri yang kita
alami
- Banyak berdoa dan beribadah kepada allah swt
- Berusaha dan berlatih terus menerus
- Selalu berfikir positif dan jauhkan fikiran negatif
- Selalu merenungkan perbuatan yang sudah membuat khawatir orang tua kita
- Tidak pernah untuk mengecewakan orang tua kita
http://bintangmuhammad81.blogspot.com/2013/03/konflik-batin.html (Sumber dan Edit)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar