A. Pengertian
Masalah sosial adalah suatu ketidak sesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi benterokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Sosial
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi
Faktor ini merupakan faktor terbesar terjadinya masalah sosial. Apalagi setelah terjadinya krisis global PHK mulai terjadi di mana-mana dan bisa memicu tindak kriminal karena orang sudah sulit mencari pekerjaan.
2. Faktor Budaya
Kenakalan remaja menjadi masalah sosial yang sampai saat ini sulit dihilangkan karena remaja sekarang suka mencoba hal-hal baru yang berdampak negatif seperti narkoba, padahal remaja adalah aset terbesar suatu bangsa merekalah yang meneruskan perjuangan yang telah dibangun sejak dahulu.
3. Faktor Biologis
Penyakit menular bisa menimbulkan masalah sosial bila penyakit tersebut sudah menyebar disuatu wilayah atau menjadi pandemik.
4. Faktor Psikologis
Aliran sesat sudah banyak terjadi di Indonesia dan meresahkan masyarakat walaupun sudah banyak yang ditangkap dan dibubarkan tapi aliran serupa masih banyak bermunculan di masyarakat sampai saat ini.
C. Contoh Masalah Sosial
Salah satu masalah sosial yang dihadapi masyarakat adalah sampah. Masalah sampah sangat mengganggu, terutama kalau tidak dikelolah dengan baik. Bagaimana dengan pengelolaan sampah di lingkunganmu? Bagi masyarakat pedesaan, sampah mungkin belum menjadi masalah serius. Tapi, tidak demikian dengan masyarakat yang tinggal di kota atau di daerah padat penduduk. Masyarakat kota dan daerah padat penduduk menghasilkan banya sekali sampah. Sampah segera menumpuk jika tidak segera diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Pemerintah, dalam hal ini adalah Dinas Kebersihan, memikul tanggung jawab dalam mengelola sampah. Sampah yang menumpuk menimbulkan bau tidak sedap. Sampah yang ditumpuk dapat menjadi sumber berbagai penyakit menular. Misalnya, muntah berak (muntaber), penyakit kulit, paru- paru, dan pernapasan. Karena itu, kalau kamu perhatikan, di lingkungan tempat tinggalmu ada selalu ada petugas sampah. Setiap bulan orang tuamu membayar iuran sampah. Pernahkah kamu mengalami keadaan di mana sampah tidak diangkut lebih dari satu minggu? Lingkungan menjadi bau, bukan? Bagaimana Pak RT dan masyarakat di lingkunganmu memecahkan masalah ini? Masalah lain berkaitan dengan sampah adalah kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan. Di banyak tempat banyak warga yang biasa membuang sampah ke sungai dan saluran air. Sungai dan aliran air menjadi mampet. Akibatnya, sering terjadi banjir jika hujan lebat.
D. Penyelesaian Masalah Sosial
Semua warga masyarakat harus ikut serta mengelola sampah. Warga bisa mengurangi masalah sampah dengan tertib mengelola sampah. Kita biasakan untuk memisahkan sampah plastik dari sampah basah. Kemudian kita menaruh sampah di tempat semestinya.
Sumber referensi : http://dirtyfarms.blogspot.com/2012/12/masalah-sosial-yang-terjadi-di.html
Jumat, 17 Januari 2014
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PROSES PENDEWASAAN ANAK
- Pengertian
Mengutip apa yang diungkapkan Dorothy Law Nollte:
Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar mengendalikan diri
Jika anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan kelembutan, maka ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar percaya
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menghargai diri sendiri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan kasih dalam kehidupannya
- Macam - Macam Pola Asuh Orang Tua
1. Pola Asuh Secara Demokratis
Pola asuh secara demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersifat realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap melebihi batas kemampuan sang anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak-anaknya dalam hal memilih dan melakukan sesuatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
2. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah kebalikan dari pola asuh demokratis, yaitu cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti. Biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah dan menghukum apabila sang anak tidak mau melakukan apa yang di inginkan oleh orang tua. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi, dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti dan mengenal anaknya.
3. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar, memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat sehingga seringkali disukai oleh anak.
4.Pola Asuh Penelantar
Pola asuh tipe yang terakhir ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya, waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka seperti bekerja. Dan kadangkala mereka terlalu menghemat biaya untuk anak-anak mereka. Seorang ibu yang depresi adalah termasuk dalam kategori ini, mereka cenderung menelantarkan anak-anak mereka secara fisik dan psikis. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mau memberikan perhatian fisik dan psikis pada anak-anaknya.
- Dampak Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak
Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, dan kooperatif terhadap orang lain.
2. Pengaruh Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma-norma, berkepribadian lemah, cemas dan terkesan menarik diri.
3. Pengaruh Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang matang secara sosial dan kurang percaya diri.
4. Pengaruh Pola Asuh Penelantar
Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak yang moody, impulsif, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, self esteem ( harga diri ) yang rendah, sering bolos dan sering bermasalah dengan teman-temannya.
- Pengaruh Keluarga dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kepribadian Anak
Keluarga adalah kelompok sosial pertama dan utama bagi kehidupan anak, anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kelompok keluarga daripada dengan kelompok sosial lainnya. Anggota keluarga merupakan orang yang paling berarti dalam kehidupan anak selama proses pembentukan kepribadian anak, dan pengaruh keluarga jauh lebih luas dibandingkan pengaruh lainnya, bahkan sekolahpun. Berapa besar pengaruh keluarga pada perkembangan kepribadian anak yang berdampak sebagai berikut :
1. Bila dia hidup dalam permusuhan, dia belajar berkelahi
2. Bila dia hidup dalam ketakutan, dia belajar menjadi penakut
3. Bila dia hidup dikasihani, dia belajar mengasihi dirinya
4. Bila dia hidup dalam toleransi, dia belajar bersabar
5. Bila dia hidup diejek, dia belajar menjadi malu
2. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja dan yang Tidak Bekerja terhadap Pembentukan Kepribadian Anak
Kenyataan yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya karena keduanya sama-sama bekerja. Hal tersebut mengakibatkan terbatasnya interaksi orang tua dengan anaknya. Sehingga anak kurang mendapatkan perhatian, kasih saying yang menyebabkan anak bersifat manja. Kurangnya perhatiaan dari orang tua akan mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar, baik dilingkungan sekolah dengan teman sebaya ataupun dengan orang tua pada saat mereka dirumah. Sedangkan orang tua yang tidak bekerja di luar rumah akan lebih fokus pada pengasuhan anak dan pekerjaan rumah lainnya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan anak menjadi kurang mandiri, karena terbiasa dengan orang tua. Segala yang dilakukan anak selalu dengan pangawasan orang tua. Oleh karena itu, orang tua yang tidak bekerja sebaiknya juga tidak terlalu over protektif. Sehingga anak mampu untuk bersikap mandiri.
3. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Berpendidikan Tinggi dan Berpendidikan Rendah terhadap Pembentukan Kepribadian Anak
Latar belakang pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian anak. Orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tingi akan lebih memperhatikan segala perubahan dan setiap perkembangan yang terjadi pada anaknya. Mereka umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak dan bagaimana pengasuhan orang tua yang baik sesuai dengan perkembangan anak khususnya untuk pembentukan kepribadian yang baik bagi anak, seperti mengajarkan sopan santun, baik dalam berbicara ataupun dalam hal lain. Berbeda dengan orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah. Dalam pengasuhan anak umumnya orang tua kurang memperhatikan tingkat perkembangan anak. Hal ini dikarenakan orang tua yang masih awam dan tidak mengetahui tingkat perkembangan anak. Bagaimana anaknya berkembang dan dalam tahap apa anak pada saat itu. Orang tua biasanya mengasuh anak dengan gaya dan cara mereka sendiri. Apa yang menurut mereka baik untuk anaknya. Anak dengan pola asuh orang tua yang seperti ini akan membentuk suatu kepribadian yang kurang baik.
4. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Ekonomi Menengah
Keatas dan Menengah Kebawah
Orang tua yang tingkat perekonominnya menengah keatas dalam pengasuhannya biasanya orang tua memanjakan anaknya. Apapun yang diinginkan oleh anak akan dipenuhi orang tua. Segala kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan kekayaan yang dimiliki orang tua. Pengasuhan anak sebagian besar hanya sebatas dengan materi. Perhatian dan kasih sayang orang tua diwujudkan dalam materi atau pemenuhan kebutuhan anak. Anak yang terbiasa dengan pola asuh yang demikian, maka akan membentuk suatu kepribadian yang manja, serta menilai sesuatu dengan materi dan tidak menutup kemungkinan anak akan sombong dengan kekayaan yang dimiliki orang tua serta kurang menghormati orang yang lebih rendah darinya. Sedangkan pada orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah dalam cara pengasuhannya memang kurang dapat memenuhi kebutuhan anak yang bersifat materi. Orang tua hanya dapat memenuhi kebutuhan anak yang benar-benar penting bagi anak. Perhatian dan kasih sayang orang tualah yang dapat diberikan. Anak yang hidup dalam perekonomian menengah kebawah terbiasa hidup dengan segala kekurangan yang dialami keluarga. Sehingga akan terbentuk kepribadian anak yang mandiri, mampu menyelesaikan permasalahan dan tidak mudah stres dalam menghadapi suatu permasalahan.dan anak dapat menghargai usaha orang lain.
- Kesimpulan
Pola asuh orang tua juga sangat mempengaruhi setiap kepribadian yang telah terbentuk. Segala gaya atau model pengasuhan orang tua akan membentuk suatu kepribadian yang berbeda-beda sesuai apa yang telah diajarkan oleh orang tua. Orang tua merupakan lingkungan pertamabagi anak yang sangat berperan penting dalam perkembangan anak khususnya perkembangan kepribadian anak. Pola asuh yang baik untuk pembentukan kepribadian anak adalah pola asuh orang tua yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi dengan pengawasan dan pengendalian orang tua. Sehingga terbentuklah karakteristik anak yang dapat mengontrol diri, anak yang mandiri, mempunyai hubungan yang baik dengan teman, mampu menghadapi stress dan mempunyai minat terhadap hal-hal baru. Sikap orang tua yang dapat mendukung dalam pembentukan kepribadian anak anatara lain :
1. Penanaman pekerti sejak dini.
2. Mendisiplinkan anak.
3. Menyayangi anak secara wajar.
4. Menghindari pemberian label "malas" pada anak.
5. Hati-hati dalam menghukum anak.
Strategi dalam pembentukan kepribadian anak :
1. Tekankan segi positif
2. Jaga agar peraturan tetap sederhana
3. Bersikap proaktif
4. Mengarahkan kembali perilaku yang salah
Sumber referensi : http://elsyajjaa.wordpress.com/2010/12/19/pengaruh-pola-asuh-orang-tua-terhadap-pembentukan-kepribadian-anak/
Sumber referensi : http://edukatif.blogspot.com/2012/10/karya-ilmiah-pengaruh-pola-asuh-orang.html
Sumber referensi : http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/06/pengaruh-pola-asuh-terhadap-kepribadian-anak-484641.html
Sumber referensi : http://www.pendidikankarakter.com/peran-pola-asuh-dalam-membentuk-karakter-anak/
Jumat, 10 Januari 2014
PELAPISAN SOSIAL YANG TERJADI DI MASYARAKAT DI LINGKUNGAN SEKITAR WILAYAH PERUMAHAN
- Pengertian Pelapisan Sosial
Pelapisan sosial merupakan gejala alami yang dapat anda jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaannya merupakan konsekuensi logis dari beberapa faktor yang selalu ada dalam kehidupan manusia yang berkaitan dengan keturunan, pendidikan, pekerjaan, kekayaan, dan sebagainya. Dari faktor keturunan anda mengetahui adanya golongan yang berpendidikan rendah, menengah, dan tinggi. Dari faktor pekerjaan anda mengetahui adanya kelompok petani, pedagang, pemusik, pengamen, pemulung, dan sebagainya. Dari faktor kekayaan anda mengetahui adanya golongan miskin, menengah, dan kaya. Pelapisan sosial di dalam masyarakat sering digambarkan sebagai suatu piramida, dimana lapisan yang bawah adalah paling lebar yang menunjukan individu menengah ke bawah sedangkan lapisan tengah menunjukan individu menengah atau berkecukupan dan lapisan yang atas adalah menyempit ke atas menunjukan individu yang memiliki kemewahan.
- Dasar-Dasar Pembentukan Pelapisan Sosial
A. Ukuran Kekayaan
Kekayaan atau yang biasa disebut materi dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak maka akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, jika tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
B.Ukuran Kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
C.Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
- Pengaruh Pelapisan Sosial
Sumber referensi & edit : http://kapanpunbisa.blogspot.com/2012/01/pelapisan-sosial.html
Sumber referensi & edit : http://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial
Sumber referensi & edit : http://naufunoyokishinai.wordpress.com/2012/11/25/lapisan-lapisan-masyarakat-dan-persamaan-derajat/
Rabu, 01 Januari 2014
KONFLIK BATIN
A. Pengertian Konflik Batin
Menurut Alwi, dkk. konflik batin adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih, atau keinginan yang saling bertentangan untuk mengusai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku. Pendapat lain mengenai konflik batin oleh Hardjana yang mengemukakan bahwa konflik terjadi manakala hubungan antara dua orang atau dua kelompok, perbuatan yang satu berlawanan dengan perbuatan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu. Konflik adalah percekcokan, perselisihan atau pertentangan. Ada beberapa bentuk konflik batin, antara lain
Menurut Alwi, dkk. konflik batin adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih, atau keinginan yang saling bertentangan untuk mengusai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku. Pendapat lain mengenai konflik batin oleh Hardjana yang mengemukakan bahwa konflik terjadi manakala hubungan antara dua orang atau dua kelompok, perbuatan yang satu berlawanan dengan perbuatan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu. Konflik adalah percekcokan, perselisihan atau pertentangan. Ada beberapa bentuk konflik batin, antara lain
- Konflik mendekat-mendekat (approach-aproach conflict)
- Konflik mendekat-menjauh (approach -avoidance conflict)
Konflik
ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif yang berlawanan mengenai
satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negatif (merugikan,
tidak menyenangkan). Karena itu ada kebimbangan, apakah akan mendekati atau
menjauhi objek itu.
- Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict)
Konflik
ini terjadi apabila pada saat yang bersamaan, timbul dua motif yang negatif,
dan muncul kebimbangan karena menjauhi. motif yang satu berarti harus memenuhi
motif yang lain yang juga negatif. Umumnya, konflik dapat dikenali karena
beberapa ciri, yaitu 1) Terjadi pada setiap orang dengan reaksi berbeda untuk
rangsangan yang sama. Hal ini bergantung pada faktor-faktor yang sifatnya
pribadi. 2) Konflik terjadi bilamana motif-motif mempunyai nilai yang seimbang
atau kira-kira sama sehingga menimbulkan kebimbangan dan ketegangan. 3) Konflik
dapat berlangsung dalam waktu yang singkat, mungkin beberapa detik, tetapi bisa
juga berlangsung lama, berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
B. Faktor-Faktor Konflik Batin
Freud menyatakan bahwa faktor-faktor yang memegang
peranan penting dalam beberapa gangguan batin antara lain :
1)
Teori Agresi
Teori
agresi menunjukan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditujukan
kepada diri sendiri. Agresi yang diarahkan pada diri sendiri sebagai bagain
dari nafsu bawaan yang bersifat merusak. Untuk beberapa alasan tidak secara
langsung diarahkan pada objek yang nyata atau objek yang berhubungan dengan
perasaan berdosa atau bersalah. Prosesnya terjadi akibat kehilangan atau
perasaan terhadap objek yang sangat dicintai.
2) Teori Kehilangan
Teori
kehilangan merujuk pada perpisahan traumatik individu dengan benda atau
seseorang yang sebelumnya dapat memberikan rasa aman dan nyaman. Hal penting
dalam teori ini adalah kehilangan dan perpisahan sebagai faktor predisposisi
terjadinya depresi dalam kehidupan yang menjadi faktor pencetus terjadinya
stress.
3)
Teori Kepribadian
Teori
kepribadian merupakan konsep diri yang negatif dan harga diri rendah
mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor. Pandangan ini memfokuskan pada
varibel utama dari psikososial yaitu harga diri rendah.
4)
Teori Kognitif
Teori
kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi
oleh evaluasi negatif sesorang terhadap dirinya sendiri, dunia seseorang dan
masa depannya. Individu dapat berpikir tentang dirinya secara negatif dan tidak
mencoba memahami kemampuannya.
5)
Teori Ketidakberdayaan
Teori
ketidakberdayaan menunjukkan bahwa konflik batin dapat menyebabkan depresi dan
keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting
dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon yang adaptif.
6)
Teori Perilaku
Teori
perilaku menunjukkan bahwa penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan
positif dalam berinteraksi dengan lingkungan. Depresi berkaitan dengan
interaksi antara perilaku individu dengan lingkungan. Teori ini memandang bahwa
individu memiliki kemampuan untuk memeriksa dan mempertimbangkan perilakunya.
Mereka bukan hanya melakukan reaksi dari faktor internal. Individu tidak
dipandang sebagai objek yang tidak berdaya yang dikendalikan lingkungan, tetapi
tidak juga bebas dari pengaruh lingkungan dan melakukan apa saja yang mereka
pilih tetapi antar individu dengan lingkungan memiliki pengaruh yang bermakna
antar satu dengan yang lainnya.
C. Contoh Konflik Batin yang Pernah Saya Alami
Pada waktu saya masih SMP saya pernah berpikir untuk kabur dari rumah hanya karena sering dimarahi oleh orang tua saya, karena saya sering bermain. Karena kebiasaan itu saya sering dimarahi dan dipukuli oleh orang tua saya dan itu menyebabkan saya mulai berpikir negatif kepada orang tua saya. Setelah sering dimarahi dan dipukuli saya akhirnya dilarang untuk pergi keluar bermain lagi, itu menyebabkan saya berpikir untuk kabur dari rumah, tapi sebelum melakukan itu saya berpikir dua kali untuk kabur dari rumah, karena jika saya melakukan itu pasti akan menyebabkan kedua orang tua saya menjadi sangat sedih. Akhirnya saya mengurungkan niat saya untuk kabur dari rumah dan merenungkan semua hal dan kebiasaan yang sudah saya lakukan yang sampai membuat kedua orang tua saya menjadi sangat sedih dan khawatir. Akhirnya setelah merenungkan semua perbuat saya, saya tidak jadi untuk kabur dan meminta maaf kepada kedua orang tua saya. Saya mulai berpikir bahwa semua yang dilakukan oleh orang tua saya adalah bentuk rasa kasih sayang dan khawatir terhadap semua kebiasan buruk saya. Dan akhirnya setelah semua konflik batin yang pernah saya alami itu saya menjadi orang yang lebih baik lagi dan tidak pernah untuk membuat khawatir orang tua saya lagi.
D. Cara Menghilangkan Konflik Batin
Berikut
cara menghilangkan/ meredakan konflik batin yang terjadi didalam diri yang kita
alami
- Banyak berdoa dan beribadah kepada allah swt
- Berusaha dan berlatih terus menerus
- Selalu berfikir positif dan jauhkan fikiran negatif
- Selalu merenungkan perbuatan yang sudah membuat khawatir orang tua kita
- Tidak pernah untuk mengecewakan orang tua kita
http://bintangmuhammad81.blogspot.com/2013/03/konflik-batin.html (Sumber dan Edit)
Langganan:
Postingan (Atom)